Model Pengembangan Kurikulum

Model pengembangan kurikulum merupakan suatu alternatif prosedur dalam rangka mendesain (designing), menerapkan (implementation), dan mengevaluasi (evaluation) suatu kurikulum. Oleh karena itu, model pengembangan kurikulum harus dapat menggambarkan suatu proses sistem perencanaan pembelajaran yang dapat memenuhi berbagai kebutuhan dan standar keberhasilan pendidikan. (Ruhimat, T. dkk 2009: 74).

Agar dapat mengembangkan kurikulum yang baik, sebaiknya para ahli kurikulum memahami dengan terperinci berbagai model pengembang kurikulum. Yang dimaksud dengan model pengembang kurikulum adalah langkah atau prosedur yang sistematis dalam penyusunan kurikulum. Sehingga terjadi keseimbangan antara teori dan praktik mengenai kurikulum. Hal tersebut diharapkan dapat terwujudnya kurikulum yang ideal dan optimal.

Berikut ini akan dijelaskan mengenai model-model pengembangan kurikulum seperti model Ralph Tyler, model administratif, model Grass Roots, model demonstrasi, model Miller-Seller, model Taba (inverted model), dan model Beauchamp.

1. Model Ralph Tyler

Model pengembangan kurikulum yang dikemukakan Tyler diajukan berdasarkan pada beberapa pertanyaan yang mengarah pada langkah-langkah dalam pengembangan kurikulum.
a. Tujuan pendidikan apa yang dicapai oleh sekolah?
b. Pengalaman-pengalaman pendidikan apakah yang semestinya diberikan untuk mencapai tujuan pendidikan?
c. Bagaimanakah pengalaman-pengalaman pendidikan sebaiknya diorganisasikan?
d. Bagaimanakah menentukan bahwa tujuan telah tercapai?  
 
  • Menentukan Tujuan Pendidikan 
Tujuan pendidikan merupakan arah atau sasaran akhir yang harus dicapai dalam program pendidikan dan pembelajaran. Ada tiga aspek yang harus dipertimbangkan sebagai sumber dalam penentuan tujuan pendidikan menurut Tyler, yaitu:
1) hakikat peserta didik,
2) kehidupan masyakat masa kini, dan
3) pandangan para ahli bidang studi.

Penentuan tujuan pendidikan berdasarkan ketiga aspek tersebut selanjutnya difilter oleh nilai-nilai filosofis masyarakat dan filosofis pendidikan serta psikologi belajar. Ada lima faktor yang menjadi arah penentuan tujuan pendidikan, yaitu: pengembangan kemampuan berpikir, membantu memperoleh informasi, pengembangan sikap kemasyarakatan, pengembangan minat peserta didik, dan pengembangan sikap sosial.
  • Menentukan Proses Pembelajaran
Salah satu aspek yang harus diperhatikan dalam penentuan proses pembelajaran adalah persepsi dan latar belakang kemampuan peserta didik. Pengalaman peserta didik akan sangat membantu dalam terwujudnya tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Dalam proses pembelajaran akan terjadi interaksi antara peserta didik dengan lingkungan pendidikan atau sumber belajar yang tujuannya untuk membentuk sikap, pengetahuan, dan keterampilan sehingga muncul perilaku yang utuh.
  • Menentukan Organisasi Pengalaman Belajar
Pengalaman belajar sangat dipengaruhi oleh tahapan-tahapan dan isi atau materi belajar. Tahapan-tahapan belajar yang tersusus dengan rapi akan sangat membantu terwujudnya tujuan pembelajaran. Kejelasan materi dan proses pembelajaran akan memberikan gambaran mengenai jenis evaluasi yang akhirnya dapat digunakan.
  • Menentukan Evaluasi Belajar
Menentukan evaluasi belajar yang cocok merupakan tahap akhir dalam model Tyler. Dalam menentukan evaluasi belajar hendaknya mengacu pada tujuan pembelajaran, materi pembelajaran serta proses pembelajaran yang telah ditentukan sebelumnya. Selain itu, hendaknya merujuk pula pada prinsip-prinsip evaluasi yang ada.

2. Model Administratif

Pengembangan kurikulum ini disebut juga dengan istilah dari atas ke bawah (top down) atau staff lini (line-staff procedure), artinya dalam pengembangan kurikulum ini terdapat beberapa tahapan yang harus ditempuh dengan dibantu oleh beberapa tim tertentu.

Langkah pertama adalah pembentukan ide awal yang dilaksanakan oleh para pejabat tingkat atas yang membuat keputusan dan kebijakan berkaitan dengan pengembangan kurikulum  sekaligus sebagai tim pengarah dalam pengembangan kurikulum. 

Langkah kedua adalah membentuk suatu tim panitia pelaksana atau komisi untuk mengembangkan kurikulum yang didukung oleh beberapa anggota yang terdiri dari para ahli, yaitu: ahli pendidikan, kurikulum, disiplin imu, tokoh masyarakat, tim pelaksana pendidikan, dan pihak dunia kerja. Tim ini bertugas mengembangkan konsep-konsep umum, landasan, rujukan, maupun strategi pengembangan kurikulum yang selanjutnya menyusun kurikulum secara opersional berkaitan dengan pengembangan atau perumusan tujuan pendidikan maupun pembelajaran, pemilihan dan penyusunan rambu-rambu dan substansi materi pembelajaran, menyusun alternatif proses pembelajaran, dan menentukan penilaian pembelajaran.

Langkah ketiga, kurikulum yang sudah selesai disusun kemudian diajukan untuk diperiksa dan diperbaiki oleh tim pengarah. Tim ini melakukan penyesuaian antara aspek-aspek kurikulum secara terkoordinasi dan menyiapkan secara sistem dalam rangka uji coba maupun dalam rangka sosialisasi dan penyebarluasan (desiminasi). Setelah perbaikan dan penyempurnaan, kurikulum tersebut perlu diujicobakan secara nyata di beberapa sekolah yang diangga representatif. Pelaksana uji coba adalah tenaga professional yang tidak dilibatkan dalam penyusunan kurikulum. Diperlukan kegiatan monitoring dan evaluasi yang fungsinya untuk memperbaiki atau menyempurnakan berdasarkan pelaksanaan di lapangan.

3. Model Grass Roots

Model Grass Roots adalah model pengembangan kurikulum yang dimulai dari bawah. Dalam prosesnya pengembangan kurikulum ini diawali dari gagasan dan ide guru-guru sebagai tim pengajar sehingga perbaikan bisa dimulai dari unit terkecil dan spesifik hingga ke yang lebih besar.

Ketentuan-ketentuan yang harus diperhatikan dalam menerapkan model ini adalah sebagai berikut.
  • Guru harus memiliki kemampuan yang professional
  • Guru harus terlibat penuh dalam perbaikan kurikulum dan penyelesaian masalah kurikulum 
  • Guru harus terlibat langsung dalam perumusan tujuan, pemilihan bahan, dan penentuan evaluasi
  • Seringnya pertemuan kelompok dalam pembahasan kurikulum yang akan berdampak terhadap pemaham guru dan akan menghasilkan konsesus tujuan, prinsip, maupun rencana-rencana
Model pengambangan kurikulum ini dapat dikembangakan pada lingkup luas maupun dalam lingkup yang sempit. Dapat berlaku untuk bidang studi tertentu atau sekolah tertentu, tetapi dapat pula digunakan untuk beberapa bidang studi maupun pada beberapa sekolah yang lebih luas. Dalam prosesnya, guru-guru harus mampu melakukan kerja operasional dalam pengembangan kurikulum secara kooperatif sehingga dapat menghasilkan suatu kurikulum yang sistemik. Oleh karena itu pengembangan kurikulum model ini sangat membutuhkan dukungan moril maupun materil yang bersifat kondusif dari pihak pimpinan. Ada beberapa hal yang harus diantisipasi dalam model ini, di antaranya adalah akan bervariasinya sistem kurikulum di sekolah karena menerapkan partisipasi sekolah dan masyarakat secara demokratis sehingga apabila tidak terkontrol (tidak ada kendali mutu), maka cenderung banyak mengabaikan kebijakan pusat.

4. Model Demonstrasi

Model pengembangan kurikulum idenya datang dari bawah (Grass Roots). Semula merupakan suatu upaya inovasi kurikulum dalam skal kecil yang selanjutnya digunakan dalam skala yang lebih luas, tetapi dalam prosesnya sering mendapat tantangan atau ketidaksetujuan dari pihak-pihak tertentu. Menurut Smith, Stanley, dan Shores, ada dua bentuk model pengembangan ini.

Pertama, sekelompok guru dari satu sekolah atau beberapa sekolah yang diorganisasi dan ditunjuk untuk melaksanakan suatu uji coba atau eksperimen suatu kurikulum. Unit-unit ini melakukan suatu proyek melalui kegiatan penelitian dan pengembangan untuk menghasilkan suatu model kurikulum. Hasil dari kegiatan penelitian dan pengembangan ini diharapkan dapat digunakan pada lingkungan sekolah yang lebih luas. Pengembangan model ini biasanya diprakarsai oleh pihak Departemen Pendidikan dan dilaksanakan oleh kelompok guru dalam rangka inovasi dan perbaikan suatu kurikulum.

Kedua, dari beberapa orang guru yang merasa kurang puas tentang kurikulum yang sudah ada, mereka mengadakan eksperimen, uji coba, dan mengadakan pengembangan secara mandiri. Pada dasarnya guru-guru tersebut mencobakan yang dianggap belum ada dan merupakan suatu inovasi terhadap kurikulum sehingga berbeda dengan pengembangan yang berlaku, dengan harapan akan ditemukan pengembangan kurikulum yang lebih baik dari yang ada.

Kelebihan dalam penerapan model pengembangan ini, diantaranya adalah sebagai berikut.
  • Kurikulum ini lebih nyata dan praktis karena dihasilkan melalui proses yang telah diuji dan diteliti secara ilmiah
  • Perubahan kurikulum dalam skala kecil atau pada aspek yang lebih khusus kemungkinan kecil akan ditolak oleh pihak administrator, akan berbeda dengan perubahan kurikulum yang sangat luas dan kompleks
  • Hakekat model demonstrasi berskala kecil akan terhindar dari kesenjangan dokumen dan pelaksanaan di lapangan
  • Model ini akan menggerakkan inisiatif, kreatifitas guru-guru serta memberdayakan sumber-sumber administrasi untuk memenuhi kebutuhan dan minat guru dalam mengembangkan program baru

5. Model Miller-Seller

Model pengembangan kurikulum Miller-Seller merupakan pengembangan kurikulum kombinasi dari model transmisi (Gagne) dan model transaksi (Taba’s & Robinson) dengan tahapan pengembangan sebagai berikut.
  •  Klarifikasi Orientasi Kurikulum
Orientasi ini merefleksikan pandangan filosofis, psikologos, dan sosiologis terhadap kurikulum yang seharusnya dikembangkan. Menurut Miller dan Seller, ada tiga jenis orientasi kurikulum yaitu tranmisi, transaksi, dan transformasi.
  •  Pengembangan Tujuan
Langkah selanjutnya adalah mengembangkan tujuan umum dan tujuan khusus berdasarkan orientasi kurikulum yang bersangkutan. Tujuan umum dalam konteks ini adalah merefleksikan pandangan orang (image person) dan pandangan (image) kemasyarakatan. Tujuan pengembangan merupakan tujuan yang masih relatif umum. Oleh karena itu, perlu dikembangkan tujuan-tujuan yang lebih khusus hingga pada tujuan instruksional.
  •  Identifikasi Model Mengajar
Pada tahap ini pelaksana kurikulum harus mengidentifikasi strategi mengajar yang akan digunakan yang disesuaikan dengan tujuan dan orientasi kurikulum. Ada beberapa kriteria yang harus diperhatikan dalam menentukan model mengajar, yaitu:
1) Disesuaikan dengan tujuan umum maupun tujuan khusus.
2) Strukturnya harus sesuai dengan kebutuhan siswa.
3) Guru yang menerapkan kurikulum ini harus sudah memahami secara utuh, sudah dilatih, dan mendukung model.
4) Tersedia sumber-sumber yang esensial dalam pengembangan model.
  •  Implementasi
Implementasi sebaiknya dilaksanakan dengan memperhatikan komponen-komponen program studi, identifikasi sumber, pengembangan professional, penetapan waktu, komunikasi, dan sistem monitoring. Langkah ini merupakan langkah akhir dalam pengembangan kurikulum. Prosedur orientasi yang dibakukan pada umumnya tidak sesuai dengan kurikulum transformasi, sebaliknya kurikulum transmisi pada umumnya menggunakan teknik-teknik evaluasi berstruktur dalam menilai kesesuaian antara pengelaman-pengalaman, strategi belajar dan tujuan pendidikan. 

6. Model Taba (Inverted Model

Model Taba merupakan modifikasi model Tyler. Modifikasi tersebut penekanannya terutama pada pemusatan perhatian guru. Menurut Taba, guru harus penuh aktif dalam pengembangan kurikulum. Pengembangan kurikulum yang dilakukan guru dan memposisikan guru sebagai inovator dalam pengembang kurikulum merupakan karakteristik dalam model pengembangan Taba. Dalam pengembangannya, model ini lebih bersifat induktif, berbeda dengan model tradisional yang deduktif. Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut.
  •  Mengadakan unit-unit eksperimen bersama dengan guru-guru
Dalam kegiatan ini perlu mempersiapkan (1) perencanaan berdasarkan pada teori-teori yang kuat, (2) eksperimen harus dilakukan di dalam kelas agar menghasilkan data empirik dan teruji.
  •  Menguji unit eksperimen
Unit yang dihasilkan pada langkah pertama diujicobakan di kelas-kelas eksperimen pada berbagai situasi dan kondisi belajar. Pengujian dilakukan untuk mengetahui tingkat validitas dan kepraktisan sehingga dapat menghimpun data untuk penyempurnaan.
  •  Mengadakan revisi dan konsolidasi
Perbaikan dan penyempurnaan dilakukan berdasarkan data yang dihimpun sebelumnya. selain perbaikan dan penyempurnaan, dilakukan juga konsolidasi, yaitu penarikan kesimpulan pada hal-hal yang bersifat umum dan konsisten teori yang digunakan.
  •  Pengembangan keseluruhan kurikulum (developing’ a framework)
Langkah ini merupakan tahap pengkajian kurikulum yang telah direvisi.
  •  Implementasi dan desiminasi
Dalam tahap ini dilakukan penerapan dan penyebarluasan program ke daerah dan sekolah-sekolah, dan dilakukan pendataan tentang kesulitan serta permasalaham yang dihadapi guru-guru di lapangan. Oleh karena itu perlu diperhatikan tentang persiapan di lapangan yang berkaitan dengan aspek-aspek penerapan kurikulum.

7.  Model Beauchamp

Model ini dikembangkan oleh George A. Beuchamp, seorang ahli kurikulum. Menurut Beauchamp, proses pengembangan kurikulum meliputi lima tahap yaitu sebagai berikut.
  • Menentukan area atau wilayah akan dicakup oleh kurikulum
Penentuan tahap ini ditentukan pemegang wewenang yang dimiliki pengambil kebijakan dibidang kurikulum.
  • Menetapkan personalia
Tahap ini menentukan siapa saja orang yang akan terlibat dalam pengembangan kurikulum. Ada empat kategori orang yang sebaiknya dilibatkan, yaitu para ahli pendidikan atau kurikulum yang ada pada pusat pengembangan kurikulum dan ahli bidang studi; para ahli pendididkan dari perguruan tinggi atau sekolah dan guru-guru terpilih; para professional dalam bidang pendidikan; professional lain dan tokoh masyarakat.
  • Organisasi dan prosedur pengembangan kurikulum
Langkah ini berkenaan dengan prosedur dalam merumuskan tujuan umum dan tujuan khusus, memilih isi dan pengalaman belajar, serta kegiatan evaluasi, juga dalam menentukan desain kurikulum secara keseluruhan.
  • Implementasi kurikulum
Tahap ini yaitu pelaksanaan kurikulum yang telah dikembangkan oleh tim pengembang. Dalam pelaksanaan kurikulum dibutuhkan kesiapan guru, siswa, fasilitas, biaya, manajerial dan kepemimpinan sekolah.
  • Evaluasi kurikulum
Hal-hal penting yang dievaluasi yaitu: pelaksanaan kurikulum oleh guru-guru, desain kurikulumnya, hasil belajar siswa, keseluruhan dari sistem kurikulum.

Daftar Pustaka:

Ruhimat, dkk. 2009. Kurikulum dan Pembelajaran. Bandung : Jurusan Kurtekpen.
 
Hernawan, A. H., dkk. 2007. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka


Komentar

Postingan Populer